Arsip Blog

Pengikut

Fakta Ka'bah Sebagai Pusat Dunia

Umat Islam meyakini Ka’bah adalah tempat ibadah pertama yang berdiri di muka bumi. Hal ini terabadikan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran 96,  “Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, adalah Baitullah di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”



Dari tampilan fisiknya, Ka’bah memang tidak mengadopsi desain dan arsitektur bangunan canggih. Bentuknya sederhana, sesuai namanya (Ka’bah berarti kubus) dengan ukuran panjang-lebar-tinggi: 13,16 m X 11,53 m X 12,03 m. Di dalamnya ada sebuah ruangan berukuran sekitar 10 X 8 meter persegi, dengan dua pilar menjulang ke langit-langit.



Fakta-fakta Mengenai Ka'bah :

1. Dalam sebuah penelitian, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berujung). Hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.

2. Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka’Bah) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.

3. Pada 1977 ilmuwan Mesir Dr Husain Kamaluddin mempublikasikan temuan ilmiahnya bahwa Mekkah adalah pusat bumi. Dibantu pakar Matematika dari Universitas Asyuth, Dr Muhammad Al-Syafi’I ‘Abd Al-Lathif, Husain melakukan penelitian bertahun-tahun melibatkan sekian banyak tabel matematika serta bantuan program komputer. Husain menyiapkan peta berisi gambar benua-benua. Ternyata ia mendapatkan Mekkah berada di tengah-tengah peta dunia. Ia mendapati bahwa tanah di permukaan bumi menyebar dari Mekkah sebagai pusat dengan sangat teratur. 

4. Hal lain menarik tentang Ka’bah diungkapkan oleh Agus Mustafa dalam bukunya, Pusaran Energi Ka’bah. Menurut Agus, mengapa doa-doa seorang muslim lebih cepat terkabul ketika ia tengah berada di depan Ka’bah atau Multazam, itu ada penjelasan ilmiahnya. Agus menyodorkan hukum gaya Lorentz  atau juga dikenal dengan aturan tangan kanan. Hukum itu mengatakan bahwa pada konduktor melingkar yang dialiri arus listrik berlawanan arah jarum jam, akan menghasilkan medan magnet yang mengarah ke atas. 

5. Ka’bah, ternyata ka’bah selain sebagai titik sentral menghadap ketika sholat (dari manapun arahnya ke Ka’bah menghadapnya) namun Ka’bah mempunyai keajaiban lain, Miracle Of Kaaba ini terbukti dengan penelitian ilmuwan, ditemukan bukti adanya keajaiban yang akurat dengan ditemukannya angka unik 1,618. Jarak dari ka’bah ke kutub utara dan jarak ka’bah ke kutub selatan, dimana jarak terpanjang di bagi dengan jarak terpendek hasilnya 1,618. Begitu juga jarak dari Ka’bah ke barat dan jarak ka’bah ke timur dimana sisi panjang di bagi sisi pendeknya, juga ketemu angka 1,618. Begitu juga jarak diagonal ka’bah di peta, dari jarak sisi panjang ke sisi jarak pendeknya di bagi dua, akan menghasilkan jarak 1,618. Dan jarak dimana ka’bah ke Timur dan ke Barat lebih semetris di bandingkan dengan jarak dari Greenwich Mean time (GMT). Di London yang dijadikan titik sentral untuk menentukan waktu dari 0 (nol ) derajat ke barat sejauh 180 derajat dan 0 (nol) derajat ke timur sejauh 180 derajat yang bertemu di Samudera Pasifik, sebenarnya tidak akurat, jadi menurut konsep ini mestinya pembagian waktu yang tepat bukan dari kota London, tapi kota Mekkah, Allahu Akbar.

Kebiasaan Buruk Bangsa Arab Pra Islam

Sebelum islam datang disebut juga Zaman Jahiliyah atau lebih dikenal dengan zaman kebodohan. Bodoh disini bukan dalam artian tidak berpendidikan, namun lebih kepada bodoh dalam hal aqidah dan prilaku.

Dianatara bberapa sifat tercela bangsa arab sebelum datangnya islam adalah


1. Menyembah berhala
Berhala yang disembah bangsa arab pada saat itu bermacam-macaam bentuknya dan bahan pembuatanya tergantung dari status social dan ekonomi mereka pada sat itu. Ada yang membuat berhala dari emas karena ekonomi mereka dari klangan atas. Ada yang dari kayu bahkan ada juga berhala yang mereka buat dari bahan makanan (tepung gandum) yang pada akhirnya jika mereka lapar maka mereka akanmemakan Tuhan mereka tersebut.


2. Mengawini bekas istri ayahnya
Adat bangsa arab pada saat itu menyatakan jika seorang ayah meninggal dan mempunyai istri maka istri tersebut di anggap sebagai warisan dan hrus dikawini oleh anaknya.


3. Suka berfoya-foya
Inilah yang menjadi kebiasaan bangsa arab secara keseluruhan. Mereka bangga jika sudah pernah melakukan dosa dengan caara minum khamar dan mabok-mabokan sambil berfoya-foya.


4. Mengubur anak perempuan hidup-hidup
Bagi banagsa arab pada saat itu mempunyai anak perempuan adalah suatu aib yang besar. Karena menurut mereka anak perempuaan hanya menyulitkan dan tidak bisaa diajak berdagang dan berperang oleh sebab itu untuk menghilangkan aib tersebut mereka akan dengan ringan hati mengubur anak perempuana mereka hidup-hidup.

Demikianlah beberapa sifat tercela bangsa arab sebelum islam. Besar harapan penulis, postingan ini ada manfaatnya.. baik itu buat diri pribadai penulis maupun buat semua orang islam paada umumnya.. amiiiin…..

Tutorial Cara Mengganti Latar Belakang (Background) Blog dengan Gambar

Cara mengganti background blog dengan gambar sebenarnya sangat mudah. Saudara bisa memilih apakah gambar latar itu nantinya diam/fixed atau bergerak dengan scroll. Untuk mengetahui cara melakukan ini silahkan baca penjelasan berikut ini….

KODE CSS DASAR BACKGROUND BLOG

Saudara perlu mengetahui bahwa kode untuk mengubah gambar latar ini biasanya ada pada CSS BODY pada atribut BACKGROUND…. Jadi coba cari CSS BODY di EDIT HTML template blog saudara…. Biasanya akan terlihat seperti di bawah ini

body {
background: #cccccc;
…….
…….
}

Nilai #cccccc bisa bernilai apa saja, yang terpenting anda memperhatikan kode background pada CSS BODY…. Secara lengkapnya, kode itu seharusnya seperti di bawah ini….

background:#cccccc url(http://2.bp.blogspot.com/latar.jpg) fixed repeat-y center top;

Tentunya kode-kode pada property background bisa diganti sesuai selera….

1. #cccccc bisa saudara ganti dengan kode hex warna apa saja
2. http://2.bp.blogspot.com/latar.jpg bisa saudara ganti URL gambar apa saja
3. fixed bisa saudara hapus jika ingin gambar ikut naik turun saat halaman scrolled
4. repeat-y bisa saudara ganti dengan no-repeat, jika tidak ingin ada pengulangan. Bisa juga diganti dengan repeat-x jika    ingin pengulangan hanya terjadi sepanjang sumbu x saja (horizontal). Atau anda juga bisa hanya menggunakan repeat jika    ingin gambar latar diulangi mendatar dan vertikal (tile mode).
5. center top bisa anda ubah menjadi left top atau right top, tergantung titik acuan awal dari gambar yang anda inginkan
Dengan mengubah property di atas anda bisa mengganti background blog sesuai selera….  Cara ini cukup mudahkan?
Cara mengganti Background Blog Jadi Tidak Bergerak

Banyak orang yang mengingingkan latar belakang yang bergerak sesuai dengan pergerakan scroll layar, tapi tidak sedikit juga yang menginginkan background blog tersebut diam saat layar di scroll. Untuk membuatnya diam sebenarnya anda cukup menggunakan kode dasar yang ada di atas. Yang perlu anda ubah hanya nilai kode hex warna dan url gambar.

Yang membuat background tidak bergerak adalah kode fixed, jadi kode ini juga yang harus saudara hilangkan jika ingin background blog kembali bergerak sesuai scroll anda.

Jika anda ingin tampilan yang tidak bergerak, maka pastikan saja gambar yang anda gunakan cukup besar jika hanya satu gambar. Atau pastikan presisi gambar yang baik jika anda menginginkan pengulangan (tile mode) dari gambar yang kecil. Jika ukuran gambar latar yang digunakan kecil maka sebaiknya ubah repeat-y menjadi repeat.

Cara mengganti Background Dengan Gambar Berulang

Ini adalah teknik yang biasa dilakukan jika ingin mengganti background menggunakan gambar yang sangat kecil (untuk mempercepat loading blog). Karena ukurannya yang kecil maka harus dilakukan pengulangan agar gambarnya terlihat penuh pada latar.

Untuk melakukan ini saudara cukup mengubah repeat-y dengan repeat. Tentunya kode lainnya juga perlu disesuaikan agar tampilannya sesuai dengan selera saudara.
Cara mengganti Background Dengan Gambar Bergerak (gif)

Anda tentunya tidak akan mengalami masalah jika ingin mengganti background blog dengan gambar gif. Cukup upload gambar gif tersebut dan dapatkan URL (link gambar) hasil upload. URL ini bisa anda gunakan untuk mengganti URL yang ada pada property kode di atas….

Tapi perlu dicatat ukuran gif itu pada umumnya cukup berat, jadi pastikan gambar saudara ini kecil saja dan lakukan pengulangan agar penuh pada jendela browser.

Inilah cara mengganti background blog yang cukup umum dilakukan. Jadi cukup fokuskan perhatian saudara pada kode background yang ada pada CSS BODY, dan edit property yang ada di dalamnya…. Semoga berhasil dan semoga anda menyukai tampilan latar belakang baru dari blog anda….

Cara Membuat Akun SSH Premium Gratis

Selamat Bertemu lagi dengan Baganal di Blogaku. Kali ini Baganal akan mencoba untuk berbagi tips bagaimana Cara Membuat Akun SSH Premium Gratis. Sebagaimana sudah diketahui bahwa SSH digunakan untuk online internet tanpa batas kouta alias unlimited
Baiklah tidak panjang lebar, mari kita lihat bagaimana Cara Membuat Akun SSH Premium Gratis ini.

1. kunjungi fastssh. lalu klik create akun ssh


perhatikan juga kalau disitu tiap server punya ketentuan sendiri sendiri , dan buruan bikin kalau ga mau kehabisan stok ,,hehe

2. kalau sudah klik CREATE , silahkan isikan yang diminta


kalau berhasil akan muncul begini


kalau gagal biasanya ada teks dengan background merah , tulisannya saya lupa tapi intinya suruh coba server lainnya karena stok di hari itu sudah habis ,,

coba saja yang lainnya ,,

masa aktif SSH PREMIUM GRATIS ini tidak SELAMANYA , tapi hanya 3 hari sejak dibuat dan ingat , jangan dibagikan ke teman atau siapaun , soalnya jika digunakan oleh lebih dari 2 orang bakal diskonek ntar ,, maka dari itu saya bilang pribadi ,, met mencoba saja

cara pakai



tambahan : 

bikin akun yang gampang gampang aja lah ,,pake huruf kecil semua , minal 4 huruf / angka , misal

username = akubudi12
password = akubudi123

gitu aja biar ga ribet , jangan salah meletakan usernama dan host ,,

contoh 

Username SSH : fastssh.com-tes12
Password SSH : qwerty

Host IP Addr : ca-1.fastssh.com
port = 443 

port otomatis 443 / ssh dropbear ,,atau terkadang ada yg port 80 , 22

Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Taif

[Disalin dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press]

Hijrah Rasulullah saw ke Thaif


Setelah merasakan berbagai siksaan dan penderitaan yang dilancarkan kaum Quraisy, Rasulullah saw berangkat ke Thaif mencari perlindungan dan dukungan dari Bani Tsaqif dan berharap agar mereka dapat menerima ajaran yang dibawanya dari Allah.

Setibanya di Thaif , beliau menuju tempat para pemuka Bani Tsaqif, sebagai orang-orang yang berkuasa di daerah tersebut. Beliau berbicara tentang Islam dan mengajak mereka supaya beriman kepada Allah. Tetapi ajakan beliau tersebut ditolak mentah-mentah dan dijawab secara kasar. Kemudian Rasulullah saw bangkit dan meninggalkan mereka, seraya mengharap supaya mereka menyembunyikan berita kedatangannya ini dari kaum Quraisy, tetapi merekapun menolaknya.

Mereka lalu mengerahkan kaum penjahat dan para budak untuk mencerca dan melemparinya dengan batu, sehingga mengakibatkan cidera pada kedua kaki Rasulullah saw. Zaid bin Haritsah, berusaha keras melindungi beliau, tetapi kewalahan, sehingga ia sendiri terluka pada kepalanya.

Setelah Rasulullah saw sampai di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah kaum penjahat dan para budak yang mengejarnya berhenti dan kembali. Tetapi tanpa diketahui ternyata beliau sedang diperhatikan oleh dua orang anak Rabi’ah yang sedang berada di dalam kebun. Setelah merasa tenang di bawah naungan pohon anggur itu, Rasulullah saw mengangkat kepalanya seraya mengucapkan doa berikut :
"Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku ? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.“

Berkat do’a Rasulullah saw itu tergeraklah rasa iba di dalam hati kedua anak lelaki Rabi’ah yang memiliki kebun itu. Mereka memanggil pelayannya seorang Nasrani, bernama Addas, kemudian diperintahkan, “Ambilkan buah anggur, dan berikan kepada orang itu!“ Ketika Addas meletakkan anggur itu di hadapan Rasulullah saw, dan berkata kepadanya, “Makanlah!“ Rasulullah saw mengulurkan tangannya seraya mengucapkan, “Bismillah.“ Kemudian dimakannya.

Mendengar ucapan beliau itu, Addas berkata, “Demi Allah, kata-kata itu tidap pernah diucapkan oleh penduduk daerah ini.“ Rasulullah saw bertanya, “Kamu dari daerah mana dan apa agamamu?“ Addas menjawab, “Saya seorang Nasrani dari daerah Ninawa (sebuah desa di Maushil sekarang).“ Rasulullah saw bertanya lagi, “Apakah kamu dari negeri seorang saleh yang bernama Yunus anak Matius?“ Rasulullah saw menerangkan "Yunus bin Matius adalah saudaraku. Ia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi.“ Seketika itu juga Addas berlutut di hadapan Rasulullah saw, lalu mencium kepala, kedua tangan dan kedua kaki beliau.

Ibnu Ishaq berkata : Setelah itu Rasulullah saw meninggalkan Thaif dan kembali ke Mekkah sampai di Nikhlah Rasulullah saw bangun pada tengah malam melaksanakan shalat. Ketika itulah beberapa makhluk yang disebutkan oleh Allah lewat dan mendengar bacaan Rasulullah saw. Begitu Rasulullah saw selesai shalat, mereka bergegas kembali kepada kaumnya seraya memerintahkan agar beriman dan menyambut apa yang baru saja mereka dengar.

Kisah mereka ini disebutkan Allah di dalam firman-Nya :
"Dan ingatlah ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya), lalu mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkanya).“ Ketika pembacaan telah selesai, maka kembali mereka kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, “Hai kaum kami, sesungguh kami telah mendengarkan kitab (a-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang meyeru kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab ynag pedih.“ QS al-Ahqaf : 29-31

Dan di dalam firman-Nya yang lalu :
"Katakanlah (hai Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa telah mendengarkan sekumpulan jin (akan al-Quran) lalu mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Quran yang menakjubkan.“ QS al-Jin : 1

Kemudian Rasulullah saw bersama Zaid berangkat menuju ke Mekkah. Ketika itu Zaid bin Haritsa bertanya kepada Rasulullah saw, “Bagaimana engkau hendak pulang ke Mekkah, sedangkan penduduknya telah mengusir engkau dari sana?“ Beliau menjawab, “Hai Zaid, sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan membela Nabi-Nya.“

Lalu Nabi saw mengutus seorang lelaki dari Khuza’ah untuk menemui Muth’am bin ‘Adi dan mengabarkan bahwa Rasulullah saw ingin masuk ke Mekkah dengan perlindungan darinya. Keinginan Nabi saw ini diterima oleh Muth’am sehingga akhirnya Rasulullah saw kembali memasuki Mekkah.

Beberapa Ibrah

Dari peristiwa hijrah yang dilakukan Rasulullah saw ini dan dari siksaan dan penderitaan yang ditemuinya dalam perjalanan ini, kemudian dari proses kembalinya Rasulullah saw ke Mekah, kita dapat menarik beberapa pelajaran berikut :

Pertama, bahwa semua bentuk penyiksaan dan penderitaan yang dialami Rasulullah saw, khususnya dalam perjalanan hijrah ke Thaif ini hanyalah merupakan sebagian dari perjuangan tabligh-nya kepada manusia.

Diutusnya Rasulullah saw bukan hanya untuk menyampaikan aqidah yang benar tentang alam dan penciptaannya, hukum-hukum ibadah, akhlak, dan mu’amalah tetapi juga untuk menyampaikan kepada kaum Muslimin kewajiban bersabar yang telah diperintahkan Allah dan menjelaskan cara pelaksanaan sabar dan mushabarah (melipatgandakan kesabaran) yang diperintahkan Allah di dalam firman-Nya :
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga dan bertawakalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.“ QS Ali Imran : 200

Rasulullah saw telah mengajarkan kepada kita cara melaksanakan peribadatan dengan peragaan yang bersita aplikatif , lalu bersabda :
"Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat (cara) aku shalat."

Sabda Nabi saw :
"Ambillah dariku manasik (cara pelaksanaan ibadah haji) mu.“

Jika hal ini dikaitkan dengan kesabaran, maka seolah-olah Rasulullah saw melalui kesabaran yang telah dicontohkannya, memerintahkan kepada kita, “Bersabarlah sebagaimana kamu melihat aku bersabar.“ Sebab bersabar merupakan salah satu prinsip Islam terpenting yang harus disampaikan kepada semua manusia.

Dalam memandang fenomena hijrah Rasulullah saw ke Thaif ini, mungkin ada orang menyimpulkan bahwa Rasulullah saw telah menemui jalan buntu dan merasa putus asa, sehingga dalam menghadapi penderitaan yang sangat berat itu ia mengucapkan doa tersebut kepada Allah, setelah tiba di kebun kedua anak Rabi’ah.

Tetapi sebenarnya Rasulullah saw telah menghadapi penganiayaan tersebut dengan penuh ridha, ikhlas dan sabar. Seandainya Rasulullah saw tidak sabar menghadapinya tentu beliau telah membalas jika suka tindakan orang-orang jahat dan para tokoh Bani Tsaqif yang mengerahkan mereka. Namun ternyata Rasulullah saw tidak melakukannya.

Di antara dalil yang menguatkan apa yang kami kemukakan ialah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a , ia berkata :
"Wahai Rasulullah saw, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa Uhud?“ Jawab Nabi saw, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarnu’ts-Tsa’alib. Lalu aku angkat kepalaku, dan aku pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ Nabi saw melanjutkan. "Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka." Jawab Nabi saw, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyambah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw ingin mengajarkan kepada para sahabatnya dan ummatnya sesudahnya, kesabaran dan seni kesabaran dalam menghadapi segala macam penderitaan di jalan Allah.

Mungkin timbul pertanyaan lain : Apa arti pengaduan yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw ? Apa maksud lafadzh-lafadzh doanya yang mengungkapkan perasaan putus asa dan kebosanan akibat berbagai usaha dan perjuangan yang hanya menghasilkan penderitaan dan penyiksaan ?

Jawabnya, bahwa pengaduan kepada Allah adalah ‘ibadah. Merendahkan diri kepada-Nya dan menghinakan diri di hadapan pintu-Nya adalah perbuatan taqarrub ketaatan.

Sesungguhnya penderitaan dan musibah yang menimpa manusia mempunyai beberapa hikmah. Di antaranya, akan membawa orang yang mengalami musibah dan penderitaan itu kepada pintu Allah dan meningkatkan ‘Ubudiyah kepada-Nya. Maka tidak ada pertentangan antara kesabaran terhadap penderitaan dan pengaduan kepada Allah. Bahkan kedua sikap ini merupakan tuntutan yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita. Melalui kesabarannya terhadap penderitaan dan penganiayaan, Rasulullah saw ingin mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran ini adalah tugas kaum Muslimin secara umum, dan para da’i secara khususnya. Melalui pengaduan dan taqarrub kepada Allah, Rasulullah saw ingin mengajarkan kepada kita kewajiban ‘ubudiyah dan segala konsekuensinya kepada kita.

Perlu disadari betapapun tingginya jiwa manusia, dia tidak akan melampaui batas kemanusiaannya. Manusia selamanya tidak dapat menghindari diri dari fitrah, perasaannya, perasan senang dan sedih, perasaan menginginkan kesenangan dan tidak menghendaki kesusahan.

Ini berarti bahwa Rasulullah saw kendatipun telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi berbagai penganiayaan dan penyiksaan di jalan Allah, tetapi beliau tetap memiliki perasaan sebagai manusia, merasa sakit bila tertimpa kesengsaraan, dan merasa bahagia bila mendapatkan kesenangan.

Tetapi Rasulullah saw rela menghadapi penderitaan berat dan meninggalkan kesenangan demi mengharap ridhah Allah dan menunaikan kewajiban ‘ubudiyah . Di sinilah letak pemberian pahala dan terlihatnya arti taklif (pembebanan) kepada manusia.

Kedua, jika anda perhatikan setiap peristiwa Sirah Rasulullah saw bersama kaumnya, akan anda dapati bahwa penderitaan yang dialami oleh Rasulullah saw kadang sangat berat dan menyakitkan. Tetapi pada setiap penderitaan dan kesengsaraan yang dialaminya selalu diberikan penawar yang melegakan hati dari Allah swt. Penawar ini dimaksudkan sebagai hiburan bagi Rasulullah saw agar faktor-faktor kekecewaan dan perasaan putus asa tidak sampai merasuk ke dalam jiwanya.

Dalam peristiwa hijrah Rasulullah saw ke Thaif dengan segala penderitaan yang ditemuinya, baik berupa penyiksaan ataupun kekecewaan hati, dapat anda lihat adanya penawar Ilahi terhadap kebodohan orang-orang yang mengejar dan menganiayanya. Penawar ini tercermin pada seorang lelaki Nasrani, Addas, ketika datang kepadanya seraya membawa anggur, kemudian bersuimpuh di hadapannya seraya mencium kepada, kedua tangan dan kakinya, setelah Nabi saw mengabarkan kepadanya bahwa dirinya adalah seorang Nabi.

Peristiwa ajaib simbol-simbol takdir yang terdapat di dalam peristiwa ini. Kebaikan, kedermawanan dan kemuliaan datang begitu cepat memintakan maaf atas kejahatan, kebodohan dan kedzaliman ynag baru saja dialaminya . Kecupan mesra itu datang setelah umpatan-umpatan permusuhan.

Sesungguhnya kedua anak Rabi’ah termasuk musuh bebuyutan Islam. Bahkan termasuk di antara orang-orang yang mendatangi Abu Thalib, paman Rasulullah saw meinta agar Abu Thalib menghentikan Muhammad saw atau membiarkan mereka bertarung melawan Muhammad, sampai salah satu di antara kedua kelompok hancur binasa. Tetapi naluri kebiadaban itu berubah dengan serta merta menjadi naluri kemanusiaan yang dibawa oleh agama ini, karena masa depan agama berkaitan erat dengan pemikiran, bukan dengan naluri.

Demikianlah, agama Nasrani datang memeluk Islam dan mendukungnya, karena satu agama yang benar dengan agama yang benar lainnya ibarat seseorang dengan saudara kandungnya. Jika hubungan antara dua orang bersudara itu adalah hubungan darah, maka hubungan antara satu agama benar dengan agama benar lainnya adalah hubungan akal dan pemahaman yang benar.

Kemudian takdir Ilahi menyempurnakan simbolnya di dalam kisah ini dengan pemetikkan buah anggur sebagai makanan yang manis dan memuaskan. Setangkai anggur yang telah dipetik ini menjadi simbol bagi ikatan Islam yang agung dan penuh kasih sayang, setiap buah anggur melambangkan sebuah pemerintahan Islam.

Ketiga, apa yang dilakukan oleh Zaid bin Haritsa, yaitu melindungi Rasulullah saw dengan dirinya dari lemparan batu orang-orang bodoh bani Tsaqif sampai kepalanya menderita beberapa luka, merupakan contoh yang harus dilakukan oleh setiap kaum Muslimin dalam bersikap terhadap pemimpin dakwah. Ia harus melindungi pemimpin dakwah dengan dirinya sekalipun harus mengorbankan kehidupannya.

Demikianlah sikap para sahabat terhadap Rasulullah saw. Sekalipun beliau sudah tidak ada di antara kita sekarang, namun kita dapat melakukannya dalam bentuk yang lain, yaitu, dengan kesiapan diri kita dalam menghadapi segala penderitaan dan penyiksaan di jalan dakwah Islam, dan menyumbangkan perjuangan berat sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah saw.

Tetapi setiap jaman dan masa harus ada para pemimpin dakwah Islam yang menggantikan kepemimpinan Nabi saw dalam berdakwah, di mana prajurit yang setia dan ikhlas di sekitar mereka mendukung para pemimpin terssebut dengan harta dan jiwa sebagaimana yang telah dilakukan kaum Muslimin kepada Rasulullah saw.

Keempat, apa yang dikisahkan oleh Ibnu Ishaq tentang beberapa jin yang mendengarkan bacaan Rasulullah saw ketika sedang melakukan shalat malam di Nikhlah, merupakan dalil bagi eksistensi jin, dan bahwa mereka mukallaf (dibebani kewajiban melaksanakan syariat Islam). Di antara mereka terdapat jin-jin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, di samping mereka yang ingkar dan tidak beriman. Dalil ini telah mencapai tingkatan qath’i (pasti) dengan disebutkannya di dalam beberapa nash al-Quran yang jelas, seperti beberapa ayat pada awal surat al-Jin dan seperti firman Allah di dalam surat al-Ahqaf :
"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).“ Ketika pembacaaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada pendengaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari ahzab yang pedih.“ QS al-Ahqaf : 29-31

Ketahuilah bahwa kisah yang disebutkan Ibnu Ishaq dan diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam di dalam Sirahnya ini, juga disebutkan oleh Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi dengan teks yang hampir sama dengan tambahan rincian sedikit. Dan berikut ini teks yang diriwayatkan oleh Bukhari dengan sanadnya dari Ibnu Abbas:

"Bahwa Nabi saw berangkat bersama sejumlah sahabatnya menuju pasar ‘Ukazh. Dalam pada itu, setan-setan itu kembali. Mereka bertanya-tanya, “Mengapa kita dihalangi dari memperoleh kabar langit dan dilempari dengan beberapa bintang?“ Dijawab, "Tidak ada yang menghalangi kamu dari memperoleh kabar langit kecuali apa yang telah terjadi. Maka pergilah ke segala penjuru dunia, dari ujung timur sampai ke ujung barat, dan perhatikanlah peristiwa apakah yang terjadi itu?“ Lalu mereka pergi melacak dari ujung timur sampai ke ujung barat, mencari apa gerangan yang menghalangi mereka dari mendapatkan kabar langit itu? Maka berangkatlah mereka yang pergi ke Tihamah menuju kepada Rasulullah saw di Nikhlah hendak ke pasar ‘Ukazh, ketika itu Rasulullah saw sedang mengimami para sahabatnya dalam shalat subuh. Ketika mendengar bacaan al-Quran dengan penuh perhatian mereka mendengarkannya. Kemudian mereka berkata, “Inilah yang menghalangi kita dari kabar langit.“ Setelah itu mereka kembali kepada kaum mereka seraya berkata, “Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Quran (bacaan) yang menakjubkan yang menunjukkan kepada kebenaran, lalu kami mempercayainya, dan kami tidak menyekutukan Rabb kami dengan siapapun.“ Lalu Allah menurunkan (ayat) kepada Nabi-Nya,“ Katakanlah, “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengarkan sekumpulan jin (akan al-Quran) ...“

Teks yang diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi sama dengan riwayat ini, hanya saja terdapat tambahan di awal hadits: Rasulullah saw tidak membacakan kepada jin, juga tidak melihat mereka. Ia berangkat bersama sejumlah sahabatnya.

Al-Asqalani berkata : Seolah-olah Bukhari sengaja membuang lafadzh ini, karena Ibnu Mas’du menyebutkan bahwa Nabi saw membacakan kepada jin. Maka riwayat Ibnu Mas’du didahulukan daripada penafikan Ibnu Abbas. Bahkan Muslim telah mengisyaratkan hal ini, kemudian meriwayatkan hadits Ibnu Mas’du setelah hadits Ibnu Abbas ini. Nabi saw bersabda: "Telah datang kepadaku seorang penyeru dari bangsa jin, lalu aku berangkat bersamanya, kemudian akau bacakan al-Quran kepadanya.“ Antara dua riwayat ini dapat dikompromikan dengan mengatakan bahwa peristiwa terjadi beberapa kali.

Riwayat Muslim, Bukhari dan Tirmidzi ini berbeda dengan riwayat Ibnu Ishaq dalam dua segi. Pertama, riwayat Ibnu Ishaq tidak menyebutkan bahwa Nabi saw shalat bersama para sahabatnya. Bahkan riwayat Ibnu Ishaq menjelaskan bahwa Nabi saw shalat sendirian. Padahal, riwayat-riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi saw mengimami sahabatnya. Kedua, riwayat Ibnu Ishaq tidak menentukan shalat subuh, sementara riwayat-riwayat lain menyebutkannya.

Menyangkut riwayat Ibnu Ishaq tidak ada masalah. Tetapi menyangkut riwayat-riwayat lain timbul dua kemusykilan. Pertama, Nabi saw berangkat ke Thaif dan pulang darinya, sebagaimana anda ketahui hanya disertai oleh Zaid bin Haritsa. Maka bagaimana mungkin Nabi saw shalat bersama para sahabatnya ? Kedua, shalat lima waktu tidak disyariatkan kecuali setelah Isra’ MI’raj sedangkan Isra’Mi’raj terjadi setelah hijrah Rasulullah saw ke Thaif menurut pendapat Jumhur . Maka bagaimana mungkin Rasulullah saw melaksanakan shalat subuh pada waktu itu ?

Menyangkut kemusykilan pertama dapat dijawab, bahwa mungkin saja Rasulullah saw ketika sampai di Nihlah (sebuah tempat dekat Mekkah) bertemu dengan para sahabatnya , lalu shalat subuh bersama mereka di tempat tersebut.

Menyangkut kemusykilan kedua dapat dijawab bahwa peristiwa mendengarnya jin terhadap bacaan al-Quran ini terjadi lebih dari sekali. Pernah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan pernah juga diriwayatkan oleh Ibnu Mas’du. Kedua riwayat ini sama-sama sahih. Dan pendapat inilah yang diambil oleh jumhur ulama peneliti. Ini jika kita mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa Isra’ dan MI’raj terjadi setelah hijrah ke Thaif. Tetapi jika kita mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi sebelum hijrah ke Thaif, maka tidak lagi ada kemusykilan.

Yang perlu kita ketahui, setelah penjelasan di atas bahwa setiap Muslim wajib mengimani adanya jin, dan bahwa mereka adalah makhluk hidup yang juga dibebani oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya sebagaimana kita, kendatipun semua indera kita tidak dapat menjangkaunya. Sebab Allah memang menjadikan eksistensi mereka di luar jangkauan kemampuan mata kita. Apalagi, mata kita hanya bisa melihat beberapa benda tertentu, dengan ukuran tertentu , dan dengan syarat-syarat tertentu.

Karena keberadaan makhluk ini didasarkan atas berita yang mutawatir dari al-Quran dan Sunnah, maka kaum Muslim telah sepakat bahwa setiap orang yang mengingkari atau meragukan keberadaan jin adalah murtad dan keluar dari Islam. Sebab mengingkari sesuatu yang bersifat aksiomatik di dalam islam, di samping merupakan pendustaan terhadp kabar mutawatir yang datang kepada kita dari Allah dan Rasul-Nya.

Jangan sampai ada orang berakal sehat yang terjerumus ke dalam kedunguan karena tidak mau meyakini sesuatu yagn tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan, kemudian menolak keberadaan jin hanya karena dia tidak melihat jin.

"Kebodohan intelektual“ seperti ini akan mengharuskan pengingkaran terhadap setiap benda atau makhluk ghaib hanya karena tidak dapat dilihat. Padahal kaidah ilmiah yang sudah terkenal mengatakan: Tidak dapat dilihatnya sesuatu tidak berarti tidak adanya sesuatu tersebut.

Kelima, apa pengaruh semua peristiwa disaksikan dan dialami oleh Rasulullah saw selama perjalannya ke Thaif ini pada dirinya ?

Jawabannya, terhadap pertanyaan ini nampak jelas dalam jawaban Rasulullah saw kepada Zaid bin Haritsa ketika Zaid bertanya kepadanya dengan penuh keheranan: "Bagaimana engkau hendak pulang ke Mekkah, wahai Rasulullah saw, sedangkan penduduknya telah mengusir engkau dari sana?“

Dengan tenang dan penuh keyakinan Rasulullah saw menjawab : "Hai Zaid! Sesungguhnya Allah-lah yang akan memberi kita jalan keluar sebagaimana yang akan engkau lihat nanti. Sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan membela Nabi-Nya."

Jelas bahwa semua yang disaksikan dan dialaminya di Thaif setelah penyiksaan dan penganiayaan yang dialaminya di mekkah, tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap keyakinannya kepada Allah, atau melemahkan kekuatan tekadnya yang positif di dalam jiwanya.

Demi Allah ! Ini bukanlah ketabahan manusia biasa yang memiliki kekuatan lebih dalam menghadapi penderitaan dan tekanan. Tetapi ia adalah keyakinan Nubuwwah yang telah menghujam dalam di dalam hatinya. Rasulullah saw mengetahui bahwa segala tindakkannya itu semata-mata untuk menjalankan perintah Allah dan berjalan di atas jalan ynag diperintahkan-Nya, beliau tidak pernah ragu sedikitpun bahwa Allah pasti akan memenangkan urusan-Nya, dan bahwa Dia telah menjadikan ketentuan bagi tiap sesuatu.

Pelajaran yang dapat kita ambil dalam hal ini, bahwa semua penderitaan dan rintangan yang ada di jalan dakwah Islam tidak boleh menghalangi atau menghentikan perjuangan kita, atau mengakibatkan kegentaran dan kemalasan dalam diri kita, selama kita berjalan di atas petunjuk keimanan kepada Allah. Siapa saja yang telah mengambil bekal kekuatannya dari Allah, maka dia tidak akan pernah mengenal putus asa atau malas. Selama Allah yang memerintahkan, pasti Dia akan menjadi penolong dan pembela.

Kehinaan, kemalasan dan putus asa akibat penderitaan dan rintangan, hanya akan dialami oleh orang yang menganut prinsip dan ideologi yang tidak diperintahkan Allah. Sebab mereka hanya mengandalkan kepada kekuatannya sendiri, kekuatan manusia yang serba terbatas. Segala bentuk kekuatan dan ketabahan manusia akan berubah dan terancam kehancuran dan kelesuan manakala mengalami penderitaan dan kesengsaraan yang panjang mengingat ukuran kekuatan manusia yang serba terbatas.

Sifat Terpuji Bangsa Arab Jahiliyah Sebelum Islam

Kondisi keagamaan, politik, ekonomi, sosial dan moral arab jahiliyah yang buruk, tentu sudah banyak orang yang mendengar, walaupun keburukan tersebut tidak sebanding dengan hancurnya peradaban bangsa lain di sekitar jazirah arab, seperti Byzantium, Persia, dan India. Bagaimana peperangan diantara kabilah-kabilah, kemusyrikan mereka, dan sebagainya, tidak perlu lagi diceritakan disini.
Akan tetapi, tidak semua masyarakat Arab jahiliyah jahat, biadab, dan berkarakter negatif. Banyak juga dari mereka yang baik, tidak berzina, tidak minum khamr, tidak menumpahkan darah, tidak berbuat zalim, tidak memakan harta anak yatim, dan bersih dari transaksi riba. Terdapat karakter positif yang menjadi modal tegaknya panji Islam. Di antaranya adalah :


Pandai dan Cerdik
Hati mereka bersih dan belum terkontaminasi oleh filsafat, mitos dan khurafat, tidak seperti masyarakat India, Romawi dan Persia yang hatinya telah terjangkit penyakit-penyakit tersebut. Berbeda dengan mereka, kepolosan hati benar-benar layak untuk mengemban risalah agung. Mereka adalah sebagian masyarakat Arab jahiliyah yang masih terpelihara. Islam mengarahkan tabiat pandai dan cerdik mereka untuk melindungi dan membela Islam. Daya pikir dan fitrah tertanam dalam diri mereka, sehingga tidak terjerumus dalam filsafat yang kosong, perdebatan bodoh ala Romawi  dan aliran ilmu kalam yang membingunkan.
Bahasa Arab yang kaya menunjukkan bahwa mereka memiliki hafalan dan ingatan yang tajam. Bayangkan kata al-’asl (madu) memiliki 80 kosa kata, kata ats-tsa’alab (rubah) memiliki 200 kosa kata, bahkan kata ad-dahiyah (petaka) memiliki 4000 kosa kata. Tidak diragukan lagi kosa kata yang begitu banyak dan luas pasti membutuhkan ingatan yang kuat, tajam dan brilian.
Saking pandai dan cerdasnya mereka, sehingga mereka dengan mudah memahami sebuah isyarat, terlebih lagi sebuah frase atau untaian kata.

Dermawan dan Murah Hati
Karakter ini sangat mengakar pada diri masyarakat Arab. Misalkan salah seorang dari mereka hanya memiliki seekor unta, kemudian datanglah tamu kepadanya, maka ia tidak segan-segan menyembelihnya untuk dijadikan jamuan. Mereka tidak hanya menyuguhkan jamuan kepada manusia, tapi juga memberikan makanan kepada hewan liar. Bahkan kemurahan hati atau kedermawanan Hatim Ath-Tha’i telah diakui oleh para kafilah dagang. Seperti yang saya tonton dalam serial Omar di MNC TV menjelang subuh, dimana Umar bin Al-Khaththab begitu pemurah berbagi air dengan kafilah yang lain, padahal saat itu ia belum masuk Islam. Dan masih banyak lagi kemurahan hati orang Arab yang bisa dijadikan teladan.

Pemberani dan Ksatria
Mereka menyanjung orang yang matinya di medan perang, dan mecela mereka yang matinya diatas ranjang. Manakala seseorang mendengar berita kematian saudaranya, maka ia akan berujar, “Jika seseorang terbunuh, maka ayahnya, saudaranya, atau pamannya yang akan membalaskan kematiannya. Demi Allah, sesungguhnya kami tidak ingin mati secara wajar, kami ingin mati di ujung tombak atau mati di bawah kilatan pedang.”
Masyarakat Arab jahiliyah tidak akan pernah memberikan apa pun, jika hal itu mengorbankan kemuliaan, harga diri dan istri. Mereka menganggap dirinya hina jika sampai hal ini terjadi.
Fitrah masyarakat Arab adalah pemberani dan sangat menjaga harga diri. Mereka tidak mau ada orang yang kuat menindas yang lemah, wanita, atau orang tua. Ketika ada seseorang meminta bantuan kepada mereka, maka mereka bersegera membantunya. Bagi mereka suatu kehinaan jika tidak membantu orang yang meminta pertolongan.

Kerinduan Masyarakat Arab pada Kebebasan
Secara fitrah, orang Arab sangat merindukan kebebasan. Ia ingin hidup merdeka dan rela mati demi memperjuangkan kemerdekaan. Ia ingin hidup bebas tanpa ada kekuasaan yang mengaturnya. Ia juga tidak rela harga dirinya diinjak-injak, meskipun nyawa taruhannya. Mereka menolak ketidakadilan, tidak mau dihinakan, sebagaimana contoh berikut.
Suatu ketika Amr bin Hind, Raja Al-Hirah duduk bersama para sekutunya, lalu ia bertanya kepada mereka, “Apakah kalian pernah mengetahui ada salah satu orang Arab yang ibunya menolak jika menjadi pesuruh?” Mereka berkata, “Ya, kami tahu, dia adalah ibunya Amr bin Kultsum, si penyair hina.”
Raja kemudian memanggil Amr bin Kultsum agar menghadap dirinya. Lalu sang raja juga memanggil ibundanya untuk menemui  ibunya Amr bin Kultsum. Sebelumnya sang raja telah bersepakat dengan ibundanya agar mengatakan sesuatu kepada ibunya Amr bin Kultsum setelah ia menikmati jamuan makan, agar ia berkata, “Tolong ambilkan wadah yang ada di sampingmu.” Benar ketika ibunya Amr bin Kultsum datang dan selesai menikmati jamuan, maka ibunda sang raja berkata sebagaimana direncanakan. Maka ibunda Amr bin Kultsum berkata, “Hendaklah yang membutuhkan sesuatu mengerjakan apa yang menjadi kebutuhannya.” Ibunda raja yang kesal mengulang permintaan dengan sedikit memaksa dan memerintah. Maka ibunda Amr bin Kultsum berteriak, “Hai beraninya kamu menghina Bani Taghlib!” Amr pun sempat mendengar teriakan ibunya dan marahlah ia melihat ibunya diperlakukan dengan hina. Secepat kilat ia merebut pedang milik sang raja yang tergantung dan mengayunkannya ke kepada sang raja, Amr bin Hindun.

Menepati Janji, Terbuka, Terus Terang dan Jujur
Mereka enggan berbohong dan menganggapnya aib. Mereka juga enggan ingkar janji. Oleh karena itu, kesaksian (syahadat) mereka dengan lisan sudah dianggap cukup bahwa mereka telah memeluk Islam. Keengganan mereka untuk berbohong bisa dibuktikan melalui kisah Abu Sufyan saat diundang Heraklius untuk ditanya mengenai Rasulullah. Abu Sufyan berkata, “Kalaulah aku tidak malu pada orang-orang disekitarku tentang Muhammad, pastilah aku akan berbohong.
Ada pun sifat orang Arab yang menepati janji bisa dibuktikan melalui perkataan An-Nu’man bin Al-Mundzir kepada Kisra (penguasa Persia), “Sesungguhnya lirikannya atau anggukannya merupakan ikatan janji yang tidak bisa ia lepaskan sampai nafas terakhirnya. Kayu yang sempat ia pungut dari tanah menjadi hutang baginya yang tidak mungkin ia miliki atau ia pendam begitu saja. Manakala ia dapati seseorang meminta perlindungan padanya meskipun orang itu jauh dari rumahnya dan ia terbunuh, maka ia tidak akan rela sehingga ia menumpas kabilah yang telah membunuhnya. Seorang penjahat bisa saja berlindung kepada mereka tanpa harus diketahui siapa dia dan apakah ia bagian dari kerabatnya atau bukan
Menepati janji merupakan sifat dasar masyarakat Arab, kemudian Islam datang dan mengarahkan sifat tersebut ke jalan yang benar. Islam tidak mentolerir siapa pun yang mencoba membuat hal-hal baru (mengada-ada), meskipun ia memiliki kedudukan atau dari keluarga terhormat. Nabi bersabda, “Allah melaknat orang yang berupaya melindungi orang yang membuat hal baru (mengada-ada).
Ada beberapa kisah mengenai sifat mulia masyarakat Arab ini diantaranya : Suatu ketika Harits bin ‘Ubbad memimpin kabilah Bakar untuk berperang melawan kabilah Taghlib yang dipimpin oleh Al-Muhalhal yang ditenggarai membunuh anaknya Harits. Alkisah Harits tidak tahu dan tidak mengenal sosok Muhalhal, lalu Harits menangkap seseorang dan bertanya mengenai keberadaan Muhalhal, padahal orang tersebut adalah Muhalhal itu sendiri. “Tunjukkan kepadaku dimana Muhalhal bin Rabi’ah dan setelah itu aku akan membebaskanmu.” Bentak Harits. Orang itu kemudian menjawab, “Kamu harus berjanji untuk melepaskanku, jika aku menunjukkan keberadaan Muhalhal.” Harits menjawab, “Ya.” Dengan sigap orang itu menjawab, “Aku lah Muhalhal, orang yang engkau cari.” Harits kaget bukan kepalang, tapi karena sudah berjanji  maka Harits pun meninggalkannya.
Dalam kisah lain diceritakan, Nu’man bin Al-Mundzir sangat risau pada Kisra, ketika dia tidak mau mengawinkan putrinya dengan Kisra. Suatu hari dia menitipkan perlengkapan sejata dan istrinya di rumah Hani’ bin Mas’ud Asy-Syaibani. Setelah itu ia pergi menemui Kisra, kemudian Kisra membunuhnya. Setelah itu Kisra mengutus seseorang menemui Hani’ dan menagih titipan Nu’man, akan tetapi ia menolaknya. Akhirnya Kisra mengirim pasukan untuk menyerang Hani’, dan Hani’ pun mengumpulkan seluruh anggota Bani Bakar. Lalu dia berpidato di hadapan mereka semua, “Wahai Bani Bakar, kematian karena suatu alasan lebih baik daripada lari menyelamatkan diri. Sesungguhnya ancaman apa pun tidak akan mampu menyelamatkan takdir dan sesungguhnya kesabaran menjadi penyebab akan diraihnya kemenangan. Lebih baik mati daripada hidup terhina. Menjemput kematian itu lebih utama daripada mundur. Mati terbunuh di tempat penjagalan itu lebih mulia daripada mati diatas ranjang kayu dan dilihat banyak orang. Wahai Bani Bakar berperanglah kalian semua, sesungguhnya tidak ada yang bisa lari dari kematian.
Bani Bakar akhirnya mampu mengalahkan tentara Persia dalam pertempuran yang terjadi di Dzi Qar. Kemenangan tersebut disebabkan karena mereka tidak mau hidup  terhina. Dia lebih memilih kematian demi memenuhi janjinya pada Nu’man.

Sabar Menghadapi Musibah dan Rela Walau Hanya Mendapatkan Sedikit
Masyarakat Arab jahiliyah berkomentar tentang makanan, “Makan terlalu kenyang dapat menghilangkan kecerdasan.” Mereka juga menganggap aib jika seseorang memiliki sifat rakus dan suka makan.
Selain itu, mereka memiliki sifat yang begitu menakjubkan, yakni sangat bersabar menghadapi cobaan dan ujian. Barangkali semua itu karena mereka ditempa untuk biasa hidup di kawasan gurun pasir kering. Mereka terbiasa mendaki gunung terjal dan berjalan jauh di bawah terik matahari. Mereka tidak memperdulikan cuaca panas dan dingin. Rintangan perjalanan dan jauhnya jarak tempuh bukanlah masalah bagi mereka. Rasa haus dan lapar bukanlah persoalan utama. Manakala mereka memeluk Islam, kesabaran, ketabahan dan keridhaan mereka menjadi suri teladan yang sempurna. Di antara mereka ada yang hidup berhari-hari hanya dengan makan beberapa butir kurma sekedar untuk menegakkan tulang punggungnya dan beberapa tetes air sekedar untuk membasahi hatinya.

Berjiwa Kuat dan Memiliki Fisik Tangguh
Masyarakat Arab, selain dikenal berfisik tangguh, juga memiliki jiwa yang kuat dan besar. Ketika kedua kekuatan itu bersatu pada seseorang, maka ia dapat melakukan sesuatu yang mengangumkan dan luar biasa. Hal ini dapat terlihat tatkala mereka masuk Islam. Dalam sebuah duel, ketika mereka sudah dapat mengalahkan musuh, mereka akan memaafkan dan meninggalkannya. Mereka tidak mau melukai atau membunuhnya. Mereka sangat menjunjung tinggi hak-hak tetangga, terlebih lagi kepada kaum wanita. Mereka juga sangat menjaga harga diri.
Manakala ada seseorang yang meminta perlindungan kepada mereka, dengan mudah, mereka akan memberikan perlindungan. Bahkan, mereka akan mengorbankan jiwa, anak dan harta demi membelanya.
Perilaku dan akhlak terpuji merupakan harta yang amat berharga bagi masyarakat Arab. Saat Islam datang, akhlak terpuji ini semakin tumbuh dan mengakar pada jiwa mereka. Islam kemudian mengarahkan akhlak tersebut kepada kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu, jangan heran jika mereka keluar dari padang pasir, mereka laksana malaikat suci. Mereka muncul ke permukaan bumi dan berupaya memenuhinya dengan cahaya keimanan, padahal sebelumnya kekufuran telah membanjiri hingga ke sudut-sudutnya. Mereka berupaya memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya bergelut dengan kezaliman, dan memenuhinya dengan pekerti, setelah sebelumnya disibukkan dengan perbuatan hina. Mereka juga berupaya memenuhi bumi dengan kebaikan, setelah keburukan tersebar dimana-mana.
Demikianlah penjelasan sederhana mengenai sikap positif bangsa Arab jahiliyah. Dibanding bangsa-bangsa yang semasa dengannya, bangsa Arab merupakan bangsa yang kondisi sosial dan moralnya paling baik. Oleh karena itu, dari bangsa ini lah Allah memilih salah satu sosok untuk menjadi utusan-Nya. Bangsa arab secara milieu adalah bangsa yang langka dan mulia dibanding bangsa-bangsa lainnya seperti Persia, Romawi, India, dan Yunani. Tapi mengapa Allah tidak memilih utusan dari kalangan Persia yang kaya dengan ilmu pengetahuan atau dari bangsa India yang terkenal dengan filsafatnya, atau dari bangsa Romawi yang terkenal dengan artistiknya, atau Yunani yang terkenal dengan sastra dan daya imajinasi yang tinggi. Akan tetapi Allah justru memilih seorang Rasul dari masyarakat yang peradabannya masih baru seumur jagung. Alasannya adalah karena memang bangsa-bangsa selain Arab biarpun memiliki peradaban yang tinggi dan kaya ilmu pengetahuan, namun mereka tidak memiliki sesuatu yang dimiliki bangsa Arab, yaitu fitrah bangsa yang bersih, cinta kebebasan, dan jiwa yang kokoh serta mulia

Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah

Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum hijrah ke Madinah.
1. Dari generasi ke generasi, masyarakat Yahudi di Madinah dengan penuh harapan selalu menantikan Nabi Muhammad (SAW). Mereka ini selalu mengatakan kepada suku Aus dan Khazrij yang berkuasa di Madinah, “Jika Nabi Muhammad (SAW) telah datang maka dengan pertolongannya kami akan meruntuhkan kekuasaan kalian.”
2. Didalam musim haji tahun ke-sebelas Nabawi (kenabian), enam orang suku Khazrij menjumpai Rasulullah (SAW) dan memeluk Islam. Dengan jalan ini mereka berharap dapat menghukum orang-orang Yahudi dengan pertolongan dari beliau (SAW).Tahun berikutnya, bertambah lagi tujuh orang Madinah memeluk Islam. Rasulullah (SAW) mengutus Musaab bin Umair sebagai duta yang pertama sekaligus juru dakwah Islam.
3. Dalam tahun ke-13 Nabawi, 75 orang dari Madinah mengundang Nabi (SAW) untuk datang ke Madinah dan memberikan jaminan perlindungan terhadap beliau (SAW) dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
4. Lebih jauh lagi, selain jaminan keamanan, diantara Nabi (SAW) dengan para tamu dari Madinah itu pun terjadi hal terpenting dalam sejarah, dimana ummat Muslim mendapatkan ‘tanah-kelahiran’ baru untuk memulai pengembangan masyarakat Muslim disana. Maka Rasulullah (SAW) pun memberikan ijin hijrah ke Madinah kepada ummat Muslim.
PENGORBANAN TERBESAR
Seorang Arab hanya dapat dikenali melalui ikatan kesukuannya. Jika ikatannya terputus maka ia pun menjadi ‘orang-hilang’ yang tanpa makna sekecil apapun. Siapa saja bisa membunuh si ‘orang-hilang’ itu tanpa harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Berhijrah berarti juga memutuskan diri dari ikatan kesukuan yang dimilikinya. Inilah pengorbanan terbesar yang telah dipilih oleh Nabi Muhammad (SAW) dan para pengikutnya, karena siapapun tidak perlu merasa takut untuk membunuh mereka.
Mereka melakukan pengorbanan sejauh itu hanya dan hanya demi untuk melaksanakan keIslaman mereka.
Suku Quraisy di Makkah amat sangat geram mengetahui orang-orang Muslim bersama dengan suku-suku berkuasa di Madinah. Maka mereka berbuat segala cara untuk menimpakan penderitaan kepada orang-orang Muslim atas hijrah mereka itu. Salah satu contoh, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Ishaq, Abu Salamah (RA) mencoba untuk hijrah dari Makkah ke Madinah bersama istri dan seorang anak mereka. Maka para iparnya pun mengambil istrinya secara paksa, sedangkan keluarganya sendiri juga melarikan anaknya. Maka ia pun berhijrah seorang diri. Sang Istri menangis berhari-hari karena dipisahkan dari suami dan anaknya. Berselang setahun kemudian seorang dari suku si istri menaruh iba kepadanya dan membantunya mendapatkan ijin hijrah ke Madinah bagi istri dan anak Abu Salamah (RA).
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa ketika Suhaib (RA) berusaha hijrah, Orang Quraisy berkata kepadanya, “Ketika dulu kamu datang kemari, kamu sangat miskin dan tak dipandang sebelah mata. Kini kamu kaya raya. Kami tak kan relakan kamu pergi membawa kekayaanmu.” Suhaib (RA) menjawab, “Jika kuberikan semua kekayaanku kepada kalian, akankah kalian relakan aku pergi?" Mereka menyetujui. Suhaib (RA) menyerahkan semua hartanya kepada mereka dan berhijrahlah ia ke Madinah. Mengetahui hal ini Rasulullah (SAW) berkata, “Suhaib telah melakukan pertukaran yang menguntungkan dirinya. Sungguh, Suhaib benar-benar telah melakukan pertukaran yang menguntungkan dirinya.”
Semua muhajirin mengalami hal-hal serupa itu. Meskipun harus menghadapi hal sedemikian, hampir semua Muslim memilih berhijrah ke Madinah. Orang Quraisy begitu marah melihat kenyataan ini. Pada suatu malam, mereka menempatkan pasukan yang beranggotakan perwakilan masing-masing suku; satu suku mengutus satu orang; di sekeliling rumah Rasulullah (SAW). Mereka bahu-membahu untuk melakukan pembunuhan terhadap beliau ketika keluar rumah di pagi hari. Dengan cara demikian maka suku darimana Nabi SAW berasal takkan dapat menuntut balas terhadap semua suku yang terlibat.
Perhatikan Surah Al-Anfal, ayat 30 berikut ini:

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu-daya.
Allah (SWT) memberitahu Rasulullah (SAW) perihal rencana jahat mereka. Beliau (SAW) kemudian menyampaikan kepada Ali (RA), “Tidurlah kamu di tempat tidurku dan berhijrahlah ke Madinah setelah kamu selesaikan pengembalian seluruh harta-benda (deposit) yang telah diamanahkan/dititipkan oleh orang-orang didalam rumahku.”
Beberapa Catatan Penting:
1. Bagaimanapun kebencian mereka, musuh-musuh yang haus darah itu paham betul bahwa Muhammad (SAW) adalah seorang yang amat dapat dipercaya. Maka mereka biasa menitipkan barang-barang berharga yang mereka miliki kepada beliau (SAW) demi alasan keamanan.
2. Sebelum Rasulullah (SAW) berhijrah, beliau memastikan terlebih dahulu bahwa barang-barang berharga titipan musuh-musuhnya, dalam keadaan bagaimanapun juga, harus dikembalikan kepada mereka.
3. Ali (RA) merasa yakin bahwa ia akan tetap selamat dan sanggup melaksanakan pesan yang sulit itu sebab yang menugaskannya adalah Rasulullah (SAW).
4. Nabi Muhammad (SAW) menhargai bakat yang dimiliki oleh Ali (RA) walaupun ketika itu Ali (RA) masih muda belia.
SEBUAH MUKJIZAT
Rasulullah (SAW) pergi meninggalkan rumah beliau pada malam hari dengan berjalan-kaki melewat musuh-musuh yang mengepung rumah beliau, sambil membaca ayat ke-9 dari Surah Yaa-Siin:

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Maka Allah (SWT) pun menghalangi penglihatan mereka sehingga mereka tak dapat melihat Rasulullah (SAW) meskipun beliau sempat menaburkan debu keatas kepala setiap anggota pasukan yang mengepung di sekitar rumah beliau.
PERJALANAN HIJRAH RASULULLAH (SAW)
Dari rumah beliau; Rasulullah (SAW) pergi menuju rumah Abu Bakar (RA) dan kemudian mereka berdua melompat keluar melalui jendela belakang rumah dan melarikan diri di kegelapan malam sebagaimana telah direncanakan. Berdua saja mereka menempuh jarak lebih-kurang 7.5 Km menuju sebuah goa yang dikenal dengan sebutan “Goa Tsur”.
Orang-orang kafir amat sangat marah karena ternyata adalah Ali (RA) yang berada di tempat tidur Nabi Muhammad (SAW), maka pencarian dan pengejaran secara besar-besaran terhadap Rasulullah (SAW) pun mereka lakukan. Mereka mengumumkan sayembara berhadiah 100 ekor onta bagi siapa saja yang dapat menyerahkan kepala Nabi (SAW).
SATU MUKJIZAT LAGI
Sepasukan orang kafir telah sampai di depan goa Tsur. Mereka mendapati adanya sarang laba-laba di mulut goa. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak masuk kedalam goa, sebab jika beliau (SAW) memasuki goa maka tentu sarang laba-laba itu telah rusak. Sekelompok yang lain, juga sampai di mulut goa itu dan mendapati sebuah sarang burung lengkap dengan beberapa butir telur burung yang berada tepat di mulut goa Tsur. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak pernah masuk kedalam goa ini, sebab jika hal itu terjadi maka tentulah jaring laba-laba dan sarang burung itu sudah tidak lagi berada pada tempatnya.
Perhatikanlah hal ini; musuh sebenarnya hanya kira-kira satu meter dari beliau (SAW), namun Allah (SWT) melindungi Nabi-Nya dengan ciptaan-Nya yang paling rapuh; yakni sebuah jaring laba-laba.
Setiap kali, Abu Bakar (RA) berujar, “Jika saja musuh kita membungkukkan badan, mereka pasti dapat melihat kita.” Rasulullah pun menjawab, “Janganlah cemas, pertolongan Allah (SWT) menyertai kita.”.
Surah At-Taubah , ayat-40:

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka-cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Maka hanya atas Kasih-sayang Allah (SWT) sajalah mereka berdua bisa bersikap tenang didalam keadaan yang sedemikian genting, dan Allah pun menolong mereka berdua dengan pasukan-Nya yang tak terlihat oleh mata manusia.
DI DALAM GOA TSUR
Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama itu, berlangsung pertolongan bagi mereka berdua.
1. Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari dan menyampaikan berita perihal berbagai rencana dan kegiatan orang-orang kafir kepada mereka berdua. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia selalu berada di Makkah.
2. Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam goa pada malam hari sehingga Rasulullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) bisa minum susu domba hingga cukup kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar selang beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Makkah, dengan demikian jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.
3. Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar (RA) datang ke goa ini, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.
4. Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta itu kepada Nabi (SAW) sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli onta itu. Abu Bakar (RA) pun akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham untuk onta itu. Onta inilah yang kemudian dikenal sebagai onta Rasulullah (SAW) yang dinamai Quswa.
5. Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.
MUKJIZAT BERIKUTNYA
Selama menempuh perjalanan dari makkah ke Madinah rombongan mereka lewat di dekat kemah Ummu Maabad. Mereka pun bertanya, “Adakah kamu memiliki sesuatu yang boleh kami makan atau minum?” Ia menjawab, “Maaf, sudah tidak ada sama sekali. Bahkan domba-domba kami pun sedang digembalakan jauh dari sini oleh suami saya.” Rasulullah (SAW) melihat seokor domba berada di dekat kemah, maka beliau pun bertanya, “Bagaimana dengan domba ini?” Ummu Maabad berkata, “Domba ini sangat lemah, tidak ada susu padanya setetes pun.” Nabi (SAW) bertanya, “Bolehkah aku coba memerah susunya?” Ia pun mempersilahkan, “Cobalah, sekiranya bisa mendapatkan susu darinya.”
Kemudian beliau (SAW) mengelus domba itu seraya memanjatkan doa dan mulai memerah susu domba itu dan ditampung dalam sebuah wadah. Ummu Maabad pun diberi minum susu domba itu hingga puas. Begitu juga dengan mereka yang menyertai beliau, mereka pun minum hingga puas.
Sekali lagi beliau memerah susu domba itu sepenuh wadah dan meninggalkannya untuk Ummu Maabad. Manakala suami Ummu Maabad kembali ke kemahnya, ia pun terperanjat melihat ada sediaan susu. Diceritakanlah kepada sang suami bahwa seorang yang sangat mulia akhlaqnya baru saja mengunjunginya. Ia gambarkan juga ciri-ciri tamunya itu. Sang suami berkata, “Ciri-cirinya serupa benar dengan seseorang yang sedang dicari-cari oleh orang-orang Quraisy. Semoga saja aku dapat menjadi sahabatnya.” (Zadul Ma'ad).
Adapun rombongan Rasulullah (SAW) melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Suraqah bin Malik mengejar mereka dengan menunggang kuda dan berharap dapat menangkap dan menyerahkan Nabi (SAW) kepada kaum Quraisy agar dapat memenangkan hadiah seratus ekor onta. Namun, begitu ia telah begitu dekat dengan rombongan itu, kuda yang ditungganginya terjatuh. Entah bagaimana, kaki kuda itu terbenam kedalam pasir. Ia telah mengupayakan empat hal dengan hasil yang sama. Suraqah menyadari bahwa ia telah berusaha menangkap Rasulullah (SAW). Ia berjalan menghampiri Nabi (SAW) dan menyampaikan maksud jahat dengan kehadirannya disitu. Suraqah memohon agar Rasulullah (SAW) memaafkan dirinya beserta semua warga sukunya, dan juga memohon agar beliau (SAW) tidak menuntut balas terhadap mereka kelak pada waktu menaklukan kaum Quraisy. Rasulullah (SAW) dengan sangat bijaksana meluluskan permintaan Suraqah. Kelak kemudian, Suraqah pun memeluk Islam. (Zadul Ma’ad).
Buraidah Aslami, seorang kepala suku, juga ikut melakukan pengejaran dan pencarian terhadap Rasulullah (SAW) demi memenangi sayembara berhadiah yang diadakan oleh kaum Quraisy. Ia telah mengetahui posisi rombongan Nabi (SAW) dan iapun mendekat dan berbicara kepada beliau (SAW), namun pada akhirnya beliaupun dapat menundukkan hati Buraidah, sehingga Buraidah berikut tujuh-puluh orang lelaki warganya pun memeluk Islam, diantaranya langsung pada saat itu dan ada juga yang kemudian. Ia kibarkan bendera putih yang terbuat dari sorbannya dan kembali pulang ke Makkah sambil mengumumkan dengan suara keras bahwa, Rasulullah; sang raja perdamaian dan keadilan; sedang dalam perjalanan. (dari kitab Rahmatul-‘Alamin oleh Mohammad Sulaiman).
TIBA DI QUBA’
Penduduk Madinah dan suku-suku di sekitarnya telah berhari-hari menantikan kedatangan Rasulullah (SAW), mereka duduk berkelompok di sekitar tempat tinggal mereka. Manakala telah tengah hari dimana terik matahari sudah tak tertahankan, mereka kembali masuk ke dalam rumah masing-masing. Di suatu siang, seorang Yahudi sedang mendaki sebuah bukit kecil bermaksud mencari sesuatu yang bisa berguna. Ia melihat Nabi (SAW) beserta para sahabat beliau dalam pakaian putih-putih sedang berjalan mendekati Quba’. Maka, dengan suara lantang ia umumkan hal ini kepada orang-orang Arab.
Ummat Muslim Quba’ pun bergegas keluar rumah berhiaskan pedang di tangan, penuh keriangan menyambut kehadiran Nabi Muhammad (SAW). Abu Bakar (RA) menjabat tangan dengan mereka satu-persatu, Nabi (SAW) duduk beristirahat. Pada waktu bersamaan, sinar matahari jatuh tepat ke wajah Rasulullah (SAW). Abu Bakar (RA) pun segera memayungkan selembar kain alas keatas Nabi (SAW) untuk melindungi beliau dari sengatan sinar matahari. Dengan demikan mengertilah mereka bahwa itulah Rasulullah (SAW). (Bukhari).
Maka saat itu juga orang-orang Yahudi menjadi saksi atas terpenuhinya janji Allah (SWT) didalam kitab suci mereka, dimana disebutkan didalamnya bahwa datangnya dari arah selatan, dan Sang Quddus (insan suci) itu berasal dari pegunungan Faran.
Selang beberapa hari kemudian, Nabi (SAW) mendirikan masjid di Quba sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an. Beliau (SAW) dan seluruh sahabat terlibat langsung dalam pembangunan masjid ini. Semua Muslim adalah setara dan mereka semua sangat antusias untuk memperoleh balasan dari Allah (SWT). Setelah bermalam beberapa hari, Rasulullah (SAW) dan para sahabat melanjutkan perjalanan menuju Madinah pada hari Jum’at dan melaksanakan Shalat Jum’at di sebuah lahan di lingkungan suku Banu Salim Bin Auf. Sampai sekarang masih dapat kita saksikan sebuah masjid tegak berdiri di tempat itu, masjid itu dinamakan Masjid Jum’ah.
TIBA DI MADINAH
Setiba Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di dekat rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu sampai terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi (SAW) juga secara langsung turun tangan dalam pembangunan Masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut, “Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau bahkan lebih dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami. Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini. (Bukhari).
ARTI PENTING HIJRAH
Hijrah telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:
1. Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah kelompok/golongan didalam masyarakat telah berkembang menjadi sebuah kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah diskriminasi atas dasar warna kulit, kredo, ataupun kekayaan. Semua Muslim setara/egaliter.
2. Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba di Quba‘ pada tanggal 16 Juli 632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram, dari sinilah dimulainya perhitungan kalender Hijriyah.
3. Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) Islam. Peristiwa bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan kelompok Yahudi dan beberapa suku yang lain menjadi panduan bagi generasi-generasi yang kemudian.
4. Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih Abu Bakar (RA) sebagai teman dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam Al-Quran, Surah At-Taubah. Ini merupakan penghargaan paling utama bagi Abu Bakar (RA).
5. Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini dapat mengambil kesimpulan bahwa Abu Bakar (RA) telah memiliki peranan yang amat penting dalam peristiwa Hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan bahwasanya sebagian orang masih menilai secara tidak adil terhadap diri sahabat yang demikian dihormati ini. 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © BAGANAL - All Rights Reserved
Template Craeted by : Agoengsang
Proudly Powered by Blogger